Siapakah Pendiri Pdip

Siapakah Pendiri Pdip

Kaltimtoday.co - Nama Cinta Mega, seorang politisi kontroversial, kembali menjadi sorotan publik setelah Partai Amanat Nasional (PAN) mencalonkannya sebagai calon legislatif (caleg) untuk DPRD DKI Jakarta. Cinta Mega dikenal karena berbagai peristiwa kontroversial dalam kariernya, termasuk insiden bermain judi slot saat rapat Paripurna dan terlibat dalam sejumlah kasus hukum.

Lantas, siapakah Cinta Mega? Berikut profil lengkapnya.

Cinta Mega lahir di Jakarta pada 7 September 1963. Ia adalah seorang politisi dengan gelar Sarjana Hukum dan memiliki suami bernama Stanny Rompas serta tiga orang anak, yaitu Syarif Peter Rompas, Angelica Maria Rompas, dan Daniel Rompas.

Sebelumnya, Cinta Mega adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta dari Fraksi PDIP. Ia terpilih sebagai anggota DPRD dengan meraih 12.491 suara dari Dapil 9 DKI Jakarta.

Selama kariernya di DPRD, Cinta Mega tergabung dalam Komisi C yang mengurusi bidang keuangan dan aset daerah. Sebelumnya, ia juga pernah menjadi anggota Komisi E dan wakil ketua Komisi C.

Cinta Mega memiliki latar belakang politik dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Kesra dan Pemberdayaan Perempuan DPD PDIP DKI Jakarta, serta sebagai Bendahara DPC PDIP Jakarta Barat.

Cinta Mega tidak lepas dari berbagai kontroversi selama kariernya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta. Salah satu peristiwa mencolok adalah ketika ia diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan lahan di Pulogebang yang terkait dengan aliran keuangan pada April 2023.

Namun, yang paling menghebohkan adalah ketika Cinta Mega dipecat dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Komisi C di DPRD DKI Jakarta setelah terbukti bermain judi slot di tengah rapat Paripurna. Meskipun ia mengklaim bahwa permainannya adalah "Candy Crush" insiden ini menarik perhatian besar publik.

Meskipun diberhentikan dari PDIP, Cinta Mega masih menerima gaji sebagai anggota DPRD DKI Jakarta karena pengganti antar-waktu (PAW) Cinta Mega sebagai anggota DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024 belum dilantik.

Cinta Mega memutuskan untuk kembali dalam dunia politik dengan mendaftarkan diri sebagai calon anggota DPRD DKI Jakarta pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024. Kali ini, ia maju sebagai calon wakil rakyat dari Partai Amanat Nasional (PAN) dengan harapan untuk terus berkiprah dalam dunia politik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Nationalgeographic.co.id—Kekaisaran Mongol adalah imperium terbesar kedua di dalam sejarah yang luas wilayahnya lebih dari 24 juta km persegi, kekuasannya meliputi Asia dan sebagian besar Eropa. Kekaisaran tersebut didirikan oleh Genghis Khan yang merupakan penakluk terbesar dalam sejarah.

Genghis Khan (1160 hingga 1227) adalah seorang pejuang abad ke-13 di Asia Tengah yang mendirikan Kekaisaran Mongol, yang membentang dari Samudra Pasifik hingga Eropa.

Banyak hal tentang Genghis Khan masih belum diketahui. "Misalnya, kita tidak benar-benar tahu seperti apa tampangnya, karena tidak ada satu pun potret asli pria tersebut yang bertahan hingga hari ini," tulis Jean-Paul Roux, yang merupakan profesor emeritus di Ecole du Louvre.

Hal tersebut ia tulis dalam bukunya "Genghis Khan and the Mongol Empire" (Thames & Hudson 2003). "Semua gambaran dirinya yang ada saat ini diciptakan setelah kematiannya atau oleh orang yang belum pernah bertemu dengannya."

Selain itu, sampai Genghis Khan menguasai orang Uyghur, orang Mongolia tidak memiliki sistem penulisan.

Dengan demikian, banyak catatan tentang dirinya yang masih ada ditulis oleh orang asing. Satu catatan penting Mongolia, berjudul "The Secret History of the Mongols," ditulis secara anonim (seperti namanya) beberapa saat setelah kematian Genghis Khan.

heckepics via Getty Images

Monumen Genghis Khan di Tsonjin Boldog, Mongolia.

Dari apa yang dapat dikumpulkan oleh sejarawan modern, Genghis Khan lahir sekitar tahun 1160 M (tahun pastinya tidak pasti) dan meninggal pada Agustus 1227, kemungkinan karena wabah pes, saat melakukan kampanye melawan orang-orang Tangut.

Genghis Khan lahir dengan nama Temüjin (juga dieja Temuchin). Pada saat itu, Mongolia tidak bersatu dan diperintah oleh klan dan kelompok suku yang berbeda.

Ayahnya, bernama Yesüge (juga dieja Yesükai), "adalah tuan dan pemimpin dari 40.000 tenda atau keluarga. Bahkan saudara laki-lakinya, termasuk yang senior, mengakuinya sebagai pemimpin dan kepala klan Borjigin," tulis Syed Anwarul Haque Haqqi.

Haqqi adalah seorang profesor di Aligarh Muslim University di India, menulis dalam bukunya "Chingiz Khan: The Life and Legacy of an Empire Builder (Primus Books, 2010).

Ibu Temüjin, Hoelun, telah ditangkap oleh klan ayahnya dan dipaksa menjadi istri Yesügei (praktik umum di Mongolia saat itu). Anak laki-laki mereka diberi nama Temüjin untuk merayakan kemenangan ayahnya atas musuh yang juga disebut Temüjin, tulis Haqqi.

Ia mencatat bahwa menamai anak yang baru lahir adalah hal yang umum setelah peristiwa keberuntungan.

Kita hanya tahu sedikit tentang kehidupan awal Temüjin, "namun masuk akal untuk menganggap bahwa tahun-tahun berlalu dan masa kanak-kanak berubah menjadi remaja (dia) dibesarkan dalam suasana kehidupan nomaden yang keras dan kasar.

Wilayah kekuasan Kekaisaran Mongol mencakup Asia dan separuh Eropa.

Ia hidup di tengah para penguasa dan kepala suku yang terus bertempur, minum dan berduel, menikah dan tidur dengan senjata di bawah mereka. "Kehidupan yang keras di mana para pemimpin berbagi kesengsaraan, kelaparan, dan privasi rakyat mereka," tulis Haqqi.

Sekitar usia 9 tahun, Temüjin dijodohkan dengan Börte, putri Dai Sechen yang berusia 10 tahun, pemimpin suku Jungirat (ada ejaan yang berbeda untuk nama-nama ini). Pada suatu saat, ayah Temüjin meninggal (tampaknya diracun), dan kekuatan keluarga memudar karena banyak pengikut ayahnya meninggalkan mereka.

Temüjin, keluarganya, dan pengikut mereka yang tersisa terpaksa mencari nafkah di padang rumput marjinal, bersaing dengan pencuri dan saingan lama Yesügei yang berharap untuk membunuh keluarganya.

Baca Juga: Termasuk Bentuk Pinggul, Ini 4 Faktor Penentu Calon Gundik Genghis Khan

Baca Juga: Dianggap Titisan Dewa, Genghis Khan Punya Misi Surga untuk Mendominasi

Baca Juga: Jutaan Pria di Dunia Miliki Kemiripan DNA dengan Genghis Khan

Baca Juga: Arkeolog Identifikasi Kamp Musim Dingin Genghis Khan yang Hilang

Sekitar usia 14 tahun, Temüjin membunuh saudara tirinya Bekter menurut "The Secret History of the Mongols". Ini mungkin muncul dari perselisihan tentang sumber daya.

Setelah beberapa tahun, Temüjin dapat menikahi Börte, dan dia menjadi yang paling menonjol dari banyak istrinya.

Sekitar tahun 1200, Temüjin dan temannya Toghrul melancarkan kampanye melawan Tatar, sebuah kelompok yang tinggal di bagian yang sekarang menjadi Mongolia dan Tiongkok, dan yang mereka kalahkan pada tahun 1202. Keduanya kemudian berselisih, dan Toghrul terbunuh setelahnya. Temüjin mengalahkan pasukannya.

Pada tahun 1206, Temüjin telah menaklukkan sebagian besar Mongolia, dan suku-suku yang tersisa terpaksa mengakuinya sebagai pemimpin mereka. Dia mengambil nama Genghis Khan, yang memiliki beberapa terjemahan berbeda, salah satunya adalah "penguasa samudra," tulis Roux.

78% Daratan di Bumi Jadi Gersang dan Tidak akan Pernah Basah Kembali

Politikus sekaligus pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Sabam Sirait, meninggal dunia di usia 85 tahun pada Rabu (29/9).

"Telah berpulang ke rumah Bapa di Surga: Bapak Sabam Sirait, Rabu, 29 September 2021 pukul 22.37 WIB di RS Siloam Karawaci," demikian pernyataan keluarga Sabam Sirait.

Meski demikian, pihak keluarga tak menjelaskan lebih lanjut penyebab kematian Sabam Sirait.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sabam meninggalkan istri, empat anak, dan delapan cucu.

Lahir di Tanjungbalai, Sumatera Utara, pada 13 Oktober 1936, Sabam mulai aktif di dunia politik sejak medio 1960-an.

Ia sempat menjadi pejabat Sekretaris Jenderal Partai Kristen Indonesia (Parkindo) periode 1963-1967 dan resmi menjadi sekjen pada 1967-1973.

Pada 10 Januari 1973, Sabam ikut mendirikan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan menjadi sekjen partai tersebut selama tiga periode dari 1973 hingga 1986.

Setelah itu, ia mendirikan PDI Perjuangan pada September 1998. Ia lantas menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI Perjuangan pada 1998-2008.

Sebelum meninggal dunia, Sabam masih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah RI periode 2019-2024.

Selama kariernya, Sabam juga pernah mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Utama.

Tampilkan Bahasa Isyarat Saja

Hanya Bisa Download Publikasi

TEMPO.CO, Jakarta - PDIP merayakan HUT PDIP ke-51, pada Rabu, 10 Januari 2023. PDIP merupakan cikal dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Sukarno pada 4 Juli 1927. Dalam perkembangannya, PNI bergabung dengan Partai Musyawarah Rakyat Banyak, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Kristen Indonesia, dan Partai Katolik. Gabungan partai ini dinamakan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

Mengacu pdiperjuanganlampung.id, PDI berubah nama menjadi PDIP atas usulan Megawati Soekarnoputri yang dideklarasikan pada 14 Februari 1999. Tidak hanya Megawati, terdapat beberapa tokoh lainnya yang menjadi tokoh awal pendiri PDIP sebagai berikut, yaitu:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kwik Kian Gie lahir pada 11 Januari 1935 di Pati, Jawa Tengah. Pada 1987, ia terjun dalam dunia politik bergabung dengan PDI di bawah pimpinan Soerjadi. Saat Megawati menjadi Ketum PDIP, ia diangkat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan aktif dalam tim Badan Penelitian dan Pengembangan partai. Selain itu, ia juga pernah diangkat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bahkan, ia pernah menentang rencana Megawati menerbitkan instruksi presiden tentang release and discharge.

Dilansir p2k.unkris.ac.id, Sophan Sophian lahir pada 26 April 1944 di Makassar. Ia memulai karier politik sebagai anggota DPR Orde Baru fraksi PDI. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDIP di MPR. Bahkan pada 2004, Gus Dur dan Sophan pernah digadang menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Empat tahun kemudian, bintang film Widuri Kekasihku ini meninggal dunia karena kecelakaan motor ketika Touring Merah Putih memperingati 100 tahun kebangkitan nasional.

Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, Mangara adalah saksi sejarah Megawati pada awal keputusannya terjun ke politik praktis, masuk PDI hingga turbulensi politik di masa orde baru. Pria kelahiran 19 April 1947 di Pematang Siantar ini adalah tangan kanan dan sahabat Megawati yang meyakininya akan memiliki agenda dan mimpi ketika terjun dalam dunia politik. Lalu, pada 3 Juni 2016, Mangara tutup usia setelah sepekan dirawat karena Myelodysplastic Syndrome.

Pemilik nama lengkap Soegeng Rahardjo Djarot ini lahir pada 22 Juli 1950 di Rangkasbitung yang merupakan pendiri Litbang PDIP. Namun, ia hengkang dengan mendirikan Partai Nasionalisme Bung Karno sekaligus menjadi ketua umum. Pada Pemilu 2004, ia mengajak rakyat tidak memilih Partai Golkar dan tidak menyetujui Megawati sebagai Ketum PDIP dua periode. Perihal kondisi politik dan ekonomi negara sekarang, ia menegaskan, Megawati tak layak lagi memimpin pemerintahan.

Sabam Sirait yang lahir pada 13 Oktober 1936 di Tanjungbalai, Sumatera Utara ini aktif dalam dunia politik sejak 1960-an. Ia sempat menjadi pejabat Sekjen Parkindo. Ia pun turut terlibat melakukan penggabungan menjadi PDI. Ia menjabat sebagai Sekjen PDI dan berkontribusi mendirikan PDIP. Sejak saat itu, ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDIP hingga 2008. Lalu, pada 29 September 2021, ia meninggal dunia ketika berusia 85 tahun.

Panda Nababan lahir pada 13 Desember 1959 di Desa Purbatua, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Karier politik Panda dimulai ketika bergabung dengan PDI pada 1993. Ia pernah menjadi Ketua DPD PDI Sumatera Utara. Setelah perubahan nama menjadi PDIP, ia berperan sebagai politisi senior partai. Selain itu, ia pernah menduduki jabatan lain, seperti Ketua Badan Pertimbangan dan Pengawasan PDIP serta anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

RACHEL FARAHDIBA R  | PUTRI SAFIRA PITALOKA | WIDIARSI AGUSTINA | NAOMY A. NUGRAHENI | BUDIARTI UTAMI PUTRI | HENDRIK KHOIRUL MUHID I SDA

Sabam Sirait adalah pendiri PDIP sekaligus ayah Maruarar Sirait (Ara).

Sang anak disentil Hasto Kristiyanto dan kini dilaporkan ke Bawaslu.

BANGKAPOS.COM - Inilah profil biodata Sabam Sirait, ayah Maruarar Sirait (Ara) yang merupakan seorang pendiri PDIP.

Sosok Sabam Sirait kembali jadi perbincangan saat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyentil Maruarar Sirait.

Hasto menyentil Ara terkait kalimatnya terkait Pilkada DKI Jakarta.

Konteksnya adalah pernyataan Ara bahwa pasangan Pramono Anung-Rano Karno bakal ditinggalkan pendukung non muslim karena didukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Menurut Sekjen PDIP tersebut pernyataan Maruarar Sirait yang biasa disapa Ara tersebut menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras dan antargolongan).

Hasto Kristiyanto pun mengaku akan mengirimkan buka karya Sabam Sirait yang berjudul 'Politik Itu Suci' karya Sabam Sirait kepada Maruarar Sirait sebagai hadiah.

Terlepas dari itu, siapa sebenarnya Sabam Sirait ayah Marauar Sirait ini lebih jauh?

Sabam Sirait adalah pendiri PDIP sekaligus ayah dari Maruarar Sirait atau Ara.

Ia merupakan politikus senior yang sudah malang melintang di parlemen.

Sabam Sirait meninggal di usia 85 tahun pada 29 September 2021 lalu.

Selama ini, Sabam Sirait dikenal luas sebagai politisi senior PDIP.

Siapakah Konstantinus Agung?

Anda mungkin ingin melihat